Laporan
Ekspedisi Jasmerah
Episode
Desa Besowo
Oleh:
Komunitas PASAK *PelestAri Sejarah-budayA Kadhiri*
Pada hari Kamis, 12 Juli 2012
Setelah Tim Ekspedisi
mendapatkan informasi dari Bapak Yosep, Sekretaris Desa Besowo, bahwa di Dukuh
Besowo Timur, Desa Besowo dahulu pernah ditemukan temuan sejarah berupa arca
dan batu lesung. Segera setelah itu tim meluncur ke lokasi yang dimaksud.
Karena kesulitan mencari lokasi
temuan, maka tim bertanya kepada penduduk. Al hasil didapatkan informasi bahwa
arca tersebut dahulu ditemukan dan berada di rumah Bapak Ngadimo. Sebelum
mencari temuan arca, tim mampir dahulu ke Punden Mbah Jimat. Punden ini
merupakan pusat kesakralan di Desa Besowo. Dipercaya bahwa Mbah Jimat merupakan
pembuka pertama Desa Besowo. Punden Mbah Jimat merupakan Bangunan Cungkup,
dimana didalam Cungkup terdapat bangunan dari papan kayu yang terlihat tua.
Setelah dari punden Mbah Jimat
maka tim Ekspedisi melanjutkan mencari rumah Bapak Ngadimo. setelah tim
berhasil bertemu Bapak Ngadimo beserta istrinya membenarkan perihal temuan Arca
di Kebun nya sekitar tahun 70-an (1970). Namun sayang, menurut penuturan Pak
Ngadimo dan istrinya, arca tersebut telah di bawa oleh kenalannya ke Bali.
Selain temuan sebuah arca gopala (mungkin dwarapala) di kebun tersebut juga
ditemukan pecahan-pecahan keramik Cina serta struktur batu bata berukuran
besar. Kemungkinan dibawah tanah pun hingga sekarang masih terdapat struktur
bangunan kuno.
Dari Pak Ngadimo kita ketahui
bahwa informasi dari Pak Carik tentang temuan batu lesung berada di Punden Mbah
Sari Ronce. Tim disuruh menemui Pak Slamet, sebagai Juru pelihara punden
tersebut. Namun karena waktu telah sore, maka Ekspedisi dihentikan sementara
dan akan dilanjutkan pada hari Sabtu, 14 Juli 2012.
Sabtu, 14 Juli 2012
Pada hari ini, Tim Ekspedisi melanjutkan
penelusuran jejak Cagar Budaya di Desa Besowo. Kali ini tujuan pertama tim
adalah rumah Bapak Rusmin (79). Beliau adalah juru kunci punden Mbah Jimat.
Asal usul Mbah Jimat ternyata menurut penuturan beliau adalah orang dari
Pajang-Mataram. Nama aslinya adalah Adipati Pangeran Benowo, yang kemudian oleh
masyarakat nama “Benowo” beralih menjadi “Besowo”. Dahulu di punden Mbah Jimat
ada “Joli” dan pakaian “Kutang Ontokusumo” namun sayang sekarang kedua benda
tersebut telah hilang.
Gapura ke Petilasan Mbah Jimat |
Kemudian Pak Rusmin menjelaskan
tentang pantangan apa saja yang ada di Desa Besowo, khususnya dukuh Besowo
Timur:
1.
Tidak boleh memakai udeng
(ikat kepala tradisional Jawa) bermotif melati.
2.
Tidak boleh memakai centing
(kain ikat pinggang tradisional) berwarna hijau.
3.
Tidak boleh ada yang
bermain wayang.
4.
Tidak boleh bermain gamelan
atau pertunjukan yang ada gamelannya.
Diceritakannya bahwa dahulu ada
orang yang menggelar acara jaranan dengan bunyi gamelannya. Seketika itu
pertunjukan jaranan tersebut menjadi kacau karena tiba-tiba muncul angin lesus
(putting beliung) memporak porandakan acara jaranan tersebut. Bahkan dahulu ada
seorang dalang dari Desa Bacok, Kab. Malang yang akan menggelar acara wayangan
di Desa Kepung, namun jalur yang dilaluinya melewati Dukuh Besowo Timur.
Sebelum keluar dari Dukuh Besowo timur, tiba-tiba rombongan dalang yang membawa
wayang dan gamelannya diterba angin lesus yang besar sehingga rombongan
wayang yang numpang lewat itupun porak poranda kembali ke Desa Bacok.
Kemudian tim Ekspedisi disarankan
mengunjungi Pak Slamet pemilik pekarangan dimana punden Kubur Dowo berada.
Punden Kubur Dowo
/ Mbah Sari Ronce
Punden ini berada di belakang pekarangan
rumah milik Bapak Slamet Mulyono (70). Posisi punden berada di pinggir curah (jurang/sungai
mati). Punden ini masih sering dikunjungi orang-orang peziarah pada malam jumat
legi dan malam jumat pahing. Temuan di Punden Kubur Dowo atau yang juga disebut
Punden Mbah Sari Ronce adalah sebagai berikut:
No
|
Temuan
|
Ukuran
|
Kondisi
|
Keterangan
|
1
|
Watu Lesung
(mungkin Yoni)
|
hilang
|
Tahun hilangnya pemilik
lahan lupa, namun yang diingat hilang pada hari Selasa Wage. Bentuknya batu
berwarna abu-abu bentuk persegi berlobang tengah.
|
|
2
|
Fragmen
carat Yoni kecil
|
P=25 cm
L=10 cm
T=16 cm
|
In situ
|
Carat ini terpenggal
dari badan yoninya
|
3
|
Fragmen Yoni kecil
|
P=30 cm
L=17 cm
T=28 cm
|
In situ
|
Badan yoni ini
pecah, hanya separuh kecil tubuh Yoni yang masih ada di atas punden.
Lokasinya berada di belakang fragmen carat yoni. Kemungkinan yoni ini
merupakan tubuh dari carat yang berada di dekatnya tersebut.
|
4
|
Reruntuhan bangunan
dari batubata kuno
|
10 x 10 m
|
rusak
|
Kondisi bangunan
sudah tidak berbentuk. Hanyaq terlihat gundukan tanah dengan kumpulan batu
bata yang ditengah-tengahnya diletakkan fragmen Yoni beserta caratnya yang
telah terputus.
|
Setelah dari punden Kubur Dowo,
ekspedisi dilanjutkan berkunjung ke makam belanda. Lokasi makam belanda
tersebut berada di halaman rumah Bapak Mat Takin (65), Dukuh . Saat tim sampai
lokasi, kami disambut oleh Ibu Sutiah (46), istri bapak Mat Takin. Di daerah
tersebutdahulu merupakan areal pemakaman belanda, namun sekarang hanya ada satu
yang masih dapat dilihat.
Fragmen Yoni di Punden Kubur Dowo |
Makam Capten
Pattiwael
Satu-satunya makam yang masih
berdiri adalah makam Capten Pattiwael. Di atas makamnya terdapat prasasti yang
bertuliskan sebagaimana berikut:
Makam C. Pattiwael (Foto oleh: PASAK) |
Siapakah Capten Pattiwael, belum diketahui lebih lanjut.
Namun kemungkinan dia adalah petugas Belanda yang berpangkat Capten di areal
Pekebunan Kopi Besowo. Ia meninggal pada usia 37 tahun. Menurut penuturan Ibu Sutiah
(46), dahulu pernah ada orang-orang dari Belanda yang berkunjung kemakam
tersebut. Mereka mengaku sebagai keturunan dari Capt. Pattiwael. Namun siapakah
mereka?? Ibu Sutiah tidak mengetahuinya.
Tujuan berikutnya adalah adanya informasi pernah
diketemukannya arca di kebun milik Bapak Marsyam (79). Menurut penuturan bapak
Marsyam, dahulu memang ditemukan arca, namun telah menghilang. Yang ada di
kebun sekarang hanya pecahan watu lumpang, pipisan dan sebuah umpak batu yang
di bawa kerumah (bersambung).